Tittle : Love not easy
Author : Al Rizky (LittleChicken)
Lenght : Oneshoot
Genre :
Romance, Friendship, Sad (?)
Cast :
~Mawarni a.k.a Hae-Mi
~Lee Dong-Hae
~Lee Hyuk-Jae a.k.a Eun-Hyuk
Kau yang ku cinta, meninggalkanku bersama air mata. Tembok penghalang
yang selama ini aku coba untuk mempertahankan agar selalu terbuka, kini
akhirnya tertutup tanpa tahu celah yang mampu aku tembus tuk meraih kembali
hatinya.
***
Seoul sangat indah pagi ini. Lalu
lalang orang yang ingin berangkat bekerja maupun anak-anak yang ingin berangkat
sekolah memenuhi jalanan yang tak pernah mengenal kata sepi ini. Hae-Mi berjalan
dengan tas punggung kesayangannya. Ia terdaftar sebagai mahasiswa di Kyunghee
university, memang ia bukanlah dari kalangan yang mampu tetapi semangat
belajarnya membuat ia menerima beasiswa penuh dari universitas itu.
Hae-Mi terlihat ragu saat akan
melangkahkan kaki masuk kearea kampus. Bukan, bukan karena dia jelek dan pemalu
yang membuat ia ragu. Beberapa hari yang lalu ia masih bisa berjalan melalui
pintu gerbang ini dengan tangan yang bertaut dengannya. Tapi kini bagaikan
menelan pil pahit tanpa sebuah penawar untuk sedikit menghilangkan kepahitan
itu, ia harus menghadapi kenyataan bahwa kini tak ada lagi yang menggenggamnya
memberi kekuatan untuknya.
“Kenapa berhenti disini?” Hae-Mi
mendapati seseorang yang bahkan sempat ia lupakan. Laki-laki itu bernama Eun-Hyuk
yang tengah memandanginya penuh tanda tanya.
“Tidak ada apa-apa. Kau kenapa ada
disini? Bukannya kau sudah lama tidak terlihat? Dan kenapa belum masuk?” tanya
Hae-Mi berbasa-basi.
“Beberapa bulan yang lalu aku ambil
cuti dan aku baru saja datang. Ya sudah kita masuk bersama saja. Kajja!
(Ayo)” ajak Eun-Hyuk seraya menggenggam tangan Hae-Mi.
“Tidak, ini salah ini salah. Tidak
seharusnya aku membiarkan laki-laki ini menggenggam tanganku.” Tanpa Hae-Mi
sadari, ia telah menggeleng-gelengkan kepalanya mengikuti apa yang ada dipikirkannya.
Dan itu membuat perhatian Eun-Hyuk teralih kepadanya.
“Kau kenapa? Pusing?”
“Ah aku tidak apa-apa. Emm,, bisakah
kamu melepaskan genggamanmu?” tanya Hae-Mi lirih. Eun-Hyuk yang seakan tersadar
dengan apa yang ia lakukan segera melepaskan genggamannya.
“Mian (maaf).” Ucap Eun-Hyuk
yang hanya di jawab anggukan oleh Hae-Mi. Hae-Mi memilih untuk segera menjauhi
Eun-Hyuk yang sangat terkenal dengan pesonanya. Ia takut jika ia akan
membangunkan singa yang tengah tertidur kalau ia masih berdiri di sampingnya.
Apalagi kini sudah banyak gadis yang menatapnya tidak suka. Sedangkan Eun-Hyuk
hanya memandang kepergiannya dengan wajah kecewa sekaligus terluka. “Aku tidak
tahu sampai kapan kau akan bersikap seperti ini padaku, aku pikir kau akan
menyambutku dengan tawamu. Kau bukan lagi Hae-Mi yang aku kenal dulu. Kau bukan
lagi Hae-Mi yang cerewet, manja, seperti anak kecil, lucu, dan cengeng. Kau
sudah bertransformasi menjadi gadis dewasa yang cerdas, pendiam dan tertutup.
Apa yang sudah merubahmu menjadi seperti ini?” batin Eun-Hyuk pilu.
“Hyuk-ah!”panggil seseorang yang
membuatnya tersenyum dan melupakan bayangan Hae-Mi.
“YAK Lee Dong-Hae. Sudah lama aku
tidak bertemu denganmu. Akhirnya kita bisa bertemu lagi, dan kau berhutang satu
cerita padaku” Mereka berangkulan sambil tertawa. Dibalik pohon yang tak jauh
dari mereka, seorang gadis menatap keduanya dengan nanar.
***
Hae-Mi memasuki ruang kelasnya
dengan menunduk. Bisik-bisik yang menusuk hingga keulu hati terpaksa ia pendam
dan dengan cueknya terus berjalan kebangkunya.
“Aku heran dengannya, kenapa dia
bisa dekat dengan Eun-Hyuk kita?” kata salah seorang dari ketiga gadis yang
duduk bergerombol.
“Aku juga heran,apa mungkin dia
menggunakan ilmu hitam supaya Eun-Hyuk kita itu melihat kearahnya? Aku lihat
dia tidak cantik, bahkan bisa dibilang dia jauh dari kata sempurna. Lihat saja
kacamata itu tak pernah lepas darinya, bukankah itu terlihat sangat cupu.” Ujar
gadis berambut pendek pada kedua temannya. Sedangkan gadis yang satunya
menatapnya seakan mengintimidasinya. Hae-Mi terus menunduk tanpa berani
memandang mereka semua, baginya tak ada artinya lagi ia membela diri kalau yang
membuatnya selama ini menjadi gadis yang kuat tak lagi ada disampingnya.
“Hai, sudah lama Mi-ya?” Eun-Sung duduk di samping Hae-Mi setelah
menyapanya.
“Lumayan. Baru berangkat jam segini?”
“Biasa, kesiangan.” Hae-Mi tersenyum memaklumi keterlambatan
temannya itu. “Err apa benar kau putus dengan,,,,” Eun-Sung tampak ragu untuk
menyebutkan nama seseorang yang sampai saat ini belum mampu terhapus dari hati
Hae-Mi.
“Rupanya memang benar desas desus
yang selama ini aku dengar. Dia hanya memanfaatkanku,” ujar Hae-Mi sedih.
Eun-Sung tampak tertarik dengan
topik ini. “Jadi, dia sendiri yang bilang?” tanya Eun-Sung yang hanya dijawab
dengan anggukan oleh Hae-Mi. “Aku kan sudah pernah bilang padamu, dia tidak
mungkin mencintai kamu mengingat waktu kalian bertemupun sangat sedikit. Yang
aku tahu Eun-Hyuk itu tidak mungkin tidak mencintai kamu. Kau tahu, tatapan
matanya kalau melihatmu itu,,,”
“Jangan ngomongin dia Sung-ah. Aku
tidak mau menjadi bahan omongan anak-anak. Dan kau juga tahukan kalau dia tidak
akan pernah bisa menjadi lebih di hatiku.” Potong Hae-Mi.
“Ah sudahlah, terserah kau saja.
Untung Dosen sudah masuk, kalau enggak aku yakin kita tidak akan pernah selesai
berdebat mengingat sikap kamu yang kadang bisa menjadi keras kepala kalau
masalah prinsip dan hati.” Keluh Eun-Sung.
“Mian,,” ujar Hae-Mi meminta
maaf.
***
Satu minggu Hae-Mi menghadapi hari
sendiri, tanpa ada seseorang yang menopangnya lagi. Kekuatan yang selama ini ia
gunakan untuk bersandar telah memberikan luka yang tak semudah membalikkan
telapak tangan untuk membuatnya kembali seperti dulu. Menghadapi kenyataan
bahwa ia hanya dimanfaatkan karena nilainya selama ini menurun bagaikan pukulan
telak yang tak mampu membuatnya bangkit dari keterpurukannya. Dengan wajah yang
masih pucat karena sedang tidak enak badan, Hae-Mi tetap berangkat kekampus.
Ya, kemarin ketika ia dalam perjalanan pulang dari kampus ia pingsan dijalanan.
Ia tidak tahu siapa yang telah menolongnya karena saat ia terbangun ia tidak
mendapati siapapun selain suster yang merawatnya. Bahkan pihak rumah sakitpun
bungkam akan siapa yang telah membawanya.
Hae-Mi memasuki area kampus dengan
langkah gontai. Ia membutuhkan istirahat, tetapi ia tidak mungkin meninggalkan
jam kuliah karena ia juga tidak suka berada dirumah sendirian. Ia benci tempat
yang sepi.
“HAE-MI!!” teriak seseorang
dibelakangnya. Hae-Mi menoleh dan sebutir telur busuk bersarang di wajahnya.
Yang awalnya hanya satu butir semakin lama semakin banyak. Hae-Mi mencoba
melindungi wajahnya seraya berjongkok. Tapi ia tak merasakan lagi telur-telur
itu mengenainya kala seorang lelaki yang menahan amarahnya merengkuhnya,
melindunginya dari lemparan telur busuk itu.
“Kau aman sekarang, aku tidak akan
membiarkan mereka menyakitimu.”
“Eun,, Eun-Hyuk?” kata Hae-Mi dengan
nada gemetar.
“Tenanglah,”
Tanpa mereka sadari, seorang
laki-laki tampan melihat adegan itu menahan marah. Ia mengepalkan tangannya
sampai buku-buku jarinya memutih. Ia sadar dengan apa yang sudah ia lakukan,
tapi ia tidak menyangka jika melihat gadis itu dalam pelukan Eun-Hyuk
membuatnya sakit seperti ini. ia tidak rela gadis itu dalam pelukan orang lain,
tapi ia sadar ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia memejamkan mata sekedar untuk
mengontrol emosinya.
“Hae jangan diam saja, ayo bantu aku
ke UKS. Hae-Mi pingsan!” Donghae terbelalak kaget menyadari Hae-Mi pingsan
dalam gendongan Eun-Hyuk. Dong-Hae mengikuti Eun-Hyuk dengan khawatir. Rasa
cemburu yang menyambanginya seakan menghilang digantikan oleh kekhawatirannya.
Eun-Hyuk membawa Hae-Mi keruang kesehatan, Shindong segera menyuruh Eun-Hyuk
untuk meletakkan Hae-Mi di tempat tidur agar segera dapat diperiksa.
“Kalian tunggu diluar dulu,” titah
Shin-Dong yang langsung dituruti oleh kedua lelaki itu dengan terpaksa.
Eun-Hyuk terlihat sangat terpukul melihat Hae-Mi pingsan seperti tadi. “Selama
aku tidak ada apa dia sering seperti ini?” tanya Eun-Hyuk pada Dong-Hae yang
sama terpukulnya. Dong-Hae hanya menggeleng. Eun-Hyuk meremas rambutnya
jengkel. “Seharusnya memang aku tidak pergi, aku yakin pasti ada yang kau coba
tutupi sampai-sampai kau jatuh sakit seperti ini. Baru kemarin aku kembali,
tapi sekarang aku harus melihatmu tak berdaya dan mendapat masalah.” Gumam
Eun-Hyuk lebih pada Hae-Mi yang jelas-jelas tidak dapat mendengarnya.
Shindong keluar dan menyuruh
Eun-Hyuk beserta Dong-Hae untuk masuk. Ia menjelaskan bahwa Hae-Mi hanya
kecapekan dan terlalu banyak pikiran. Eun-Hyuk memandang Dong-Hae sengit. “Ada
yang harus kita bicarakan. Temui aku diapartemenku sepulang dari kampus!” bisik
Eun-Hyuk ketus. Dong-Hae menangkap gelagat tidak enak dari sikap Eun-Hyuk yang
berubah menjadi dingin. Eun-Hyuk menghampiri Hae-Mi dengan wajah sedih, ia juga
merasa sikap Hae-Mi padanya memang berubah. Tak ada lagi kehangatan darinya
untuk Eun-Hyuk. “Apa yang sudah berubah?” batin Eun-Hyuk miris.
***
Aura dingin terasa diruangan yang
tidak begitu besar itu. Dong-Hae duduk ditepi tempat tidur Eun-Hyuk dalam diam.
Sedangkan Eun-Hyuk menatap dingin Dong-Hae yang sedari tadi hanya memainkan
jarinya dan menatapnya.
“Jadi, apa yang sudah terjadi selama
aku pergi?” Dong-Hae masih diam, ia tidak tahu harus bagaimana ia mengatakan
semuanya tanpa harus menyakiti sahabatnya itu.
“Semua salahku,” gumam Dong-Hae.
Eun-Hyuk mengerutkan dahinya karena bingung dengan perkataan Dong-Hae yang
tiba-tiba saja menyalahkan dirinya. “Sejak kamu mengenalkan gadis itu padaku
sebagai sahabat sekaligus adik bagimu, aku sudah menyukainya lebih dahulu. Aku
sering melihatnya dikafe ‘mouse and rabbit’ langgananku. Dari sanalah aku mulai
menyukainya, dan saat kamu mengenalkan dia padaku aku bahagia karena aku
memiliki peluang untuk mendapatkannya.” Dong-Hae menahan napas dan mengamati
ekspresi Eun-Hyuk yang terlihat terkejus sekaligus kecewa. “Tapi aku menyadari
kalau kamu tidak hanya menganggapnya sebagai sahabat ataupun adik padanya, aku
juga laki-laki sama sepertimu. Aku tahu kau mencintainya, dan itulah yang
membuatku mundur secara perlahan.” Lanjutnya.
Eun-Hyuk membuang napas untuk mengontrol
emosinya. Ia tidak ingin melayangkan tinjunya pada Dong-Hae meskipun ia sangat
ingin. “Lalu, bagaimana dengan Hae-Mi?”
“Saat kau pergi, aku juga tidak bisa
mengendalikan diri lagi karena tak ada lagi penghalang untukku menyatakan cinta
padanya. Kau boleh menganggapku sebagai penghianat atau apa, tapi pada akhirnya
kami,,”
“Cukup! Aku tahu apa yang ingin kau
katakan.” Potong Eun-Hyuk. “Dan kalian jadian, begitu?” tebaknya. Dong-Hae hanya mengangguk dengan
rasa bersalah. “Dia mencintaimu?” Lagi-lagi Dong-Hae mengangguk. Eun-Hyuk
menghela napas, ia duduk disamping Dong-Hae. “Aku tidak tahu harus besikap
bagaimana padamu sekarang. Di Jepang aku harus menahan keinginanku untuk
menghubungi kalian, aku harus menahan kerinduanku padanya selama 6 bulan. Itu
bukan waktu yang singkat untukku. Aku bagaikan hidup sebagai tahanan, kesibukan
memang sedikit menyita perhatianku. Tapi hatiku, tak ada seorangpun yang mampu
menyita perhatiannya dari Hae-Mi. Saat aku memiliki harapan untuk bertemu
dengannya dan mendapat sambutan yang berarti darinya, aku harus menelan
kekecewaan karena sikapnya padaku.”
“Tapi aku sudah putus
dengannya,”Eun-Hyuk membelalakkan matanya mendengar pengakuan Dong-Hae. “Aku
memutuskannya karena aku tahu saat kau kembali dan mengetahui aku bersamanya
kau akan terluka. Jadi aku,,,”
BUGH
Kepalan yang sedari tadi Eun-Hyuk
tahan akhirnya melayang juga tepat diwajah Dong-Hae. “Kau pikir dengan kau
meninggalkan dia aku tidak terluka? Justru itu semakin membuatku terluka karena
harus melihatnya sedih. Aku sedari tadi mencoba untuk tidak memukulmu, tapi aku
tak bisa menahannya lagi karena kau sudah berani menyakitinya.”
***
Dong-Hae berjalan lunglai menuju
kelasnya meskipun Hae-Mi sudah memaafkannya. Ia masih merasa bersalah karena
sudah melukai dua orang yang sangat berarti dihidupnya.
“Dong-Hae oppa” panggil
seorang gadis yang tengah berlari kearahnya.
“Min-Ri~ya, wae?” tanya
Dong-Hae setelah Park Min-Ri sudah berdiri dihadapannya.
“Benarkah Eun-Hyuk oppa keluar
dari kampus dan memilih melanjutkan pendidikannya di Jepang?” tanya Min-Ri
dengan nada sedih. Dong-Hae terlihat kaget karena ia tidak mengetahui ini.
“Siapa yang bilang?”
“Aku mendengar desas-desus itu
dikampus. Semuanya sedang membicarakannya, dan mereka bilang Eun-Hyuk oppa akan
berangkat hari ini pukul 9. Apa kau tidak mengetahuinya oppa?”
Dong-Hae menggeleng dan mengucapkan
terimakasih. Ia berlari meninggalkan Min-Ri yang terkejut dengan ucapan
terimakasih dari Dong-Hae. Dong-Hae terus berlari menuju kelas Hae-Mi.
“Mi-ya,” panggil Dong-Hae sambil
terengah-engah. “Kita harus pergi kebandara sekarang.” Ia menarik tangan
Hae-Mi.
“Ada apa sebenarnya?” tanya Hae-Mi
setelah duduk disamping Dong-Hae. Dong-Hae tidak menjawab dan tetap fokus
mengendarai mobilnya. Sesampainya di bandara, ia menarik Hae-Mi menuju tempat
informasi. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, ia terus menarik Hae-Mi yang
masih belum tahu maksud Dong-Hae menariknya.
“Sebenarnya ada apa?” sentak Hae-Mi
melepaskan genggaman Dong-Hae. Dong-Hae terkejut dengan sikap Hae-Mi. Lalu ia
menepuk dahinya saat ia ingat kalau dia belum memberi tahunya.
“Eun-Hyuk pergi ke Jepang dan akan
menetap disana. Kau tidak ingin dia pergi tanpa mengucapkan apapunkan?” ujar
Dong-Hae yang dijawab anggukan oleh Hae-Mi. Dong-Hae melirik jam tangannya.
“Ayo kita harus cepat!” mereka berdua kembali berlari. Dong-Hae melihat
Eun-Hyuk yang berdiri diantrian masuk.
“EUN-HYUK!!” teriaknya. Eun-Hyuk
yang mendengar namanya dipanggil menoleh dan terkejut mendapati Dong-Hae dengan
Hae-Mi yang berdiri tidak jauh darinya masih dengan ngos-ngosan. “Kau akan
pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan eoh?” Eun-Hyuk tersenyum dan
menghampiri mereka. Ia melihat tautan antara Dong-Hae dan Hae-Mi. Hae-Mi yang
menyadari tatapan Eun-Hyuk langsung melepaskannya.
“Beberapa bulan yang lalu kau pergi
tanpa berpamitan, tak ada kabar sama sekali. Lalu tiba-tiba kembali tanpa
memberi tahu. Dan sekarang kau ingin pergi tanpa berpamitan lagi?” ujar Hae-Mi
dengan nada serak. Ia menahan tangisnya agar tidak pecah dihadapan laki-laki
yang tengah tersenyum padanya. Hae-Mi tahu laki-laki itu menyembunyikan rasa
sakit dibalik senyumannya.
“Maaf,” ujar Eun-Hyuk yang langsung
merengkuh Hae-Mi kedalam dekapannya.
“Maaf saja kau pikir cukup?”
Eun-Hyuk melepaskan peluaknnya dan menatapnya bingung. “Aku akan membiarkanmu
pergi asalkan kau berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Kau harus tetap
menghubungiku sesibuk apapun itu.” Eun-Hyuk tersenyum dan mengangguk.
“Aku rasa aku harus pergi sekarang,”
kata Eun-Hyuk saat suara pemberitahuan bahwa semua penumpang tujuan Tokyo akan take-off
dalam waktu 5 menit lagi. “Aku harap kau menjaganya dan jangan kau buat aku
terbang ke Korea hanya untuk menghajarmu kalau kau sampai menyakitinya.
Mengerti?!” pesan Eun-Hyuk pada Dong-Hae.
“Aku tahu, aku juga tidak mau
mendapat bogem mentah darimu lagi. Sekali saja aku mendapatkan bogem darimu
rasanya gigiku mau rontok.” Ujar Dong-Hae kesal.
Dong-Hae dan Hae-Mi memandang
kepergian Eun-Hyuk dengan tersenyum. Mereka tahu mereka telah menyakitinya,
tapi mereka berjanji tidak akan melukainya lebih dalam lagi.
“Ada paketan. Tidak ada pengirimnya
tetapi ini untukmu.” Ujar Dong-Hae yang kini berdiri didepan pintu apartemen
Hae-Mi karena mereka memutuskan untuk membolos kuliah.
“Lebih bawa masuk dulu, nanti kita
buka didalam.” Saran Hae-Mi.
“Kau tidak memiliki penggemarkan?”
tanya Dong-Hae yang membuat Hae-Mi berkerut kening. “Kau punya kekasih lain
selain aku ?” Hae-Mi terbelalak kaget mendengar pertanyaan Dong-Hae.
“Kau pikir aku gadis seperti apa?!”
bentak Hae-Mi tidak terima.
“Aku tahu aku tahu. Melihat responmu
seperti ini aku tahu kau hanya memiliki aku karena selama ini kan memang tidak
ada yang tertarik padamu.”
“Sini biar aku saja yang buka!”
Hae-Mi kesal segera merebut sebuah kotak yang memang untuknya itu. Setelah ia
membuka, ia mengenal semua ini. ini adalah foto-fotonya dengan Eun-Hyuk. Bahkan
semua barang-barang kesayangan Eun-Hyuk.
“Itukan Eun-Hyuk.” Ujar Dong-Hae
seraya menunjuk sebuah foto, “Ah, dia memang kurang kerjaan. Eh, tapi itu ada
surat untukmu!”
Hae-Mi mengambil surat itu dan
membacanya.
Kau yang ku cinta, meninggalkanku bersama air mata. Tembok
penghalang yang selama ini aku coba untuk mempertahankan agar selalu terbuka,
kini akhirnya tertutup tanpa tahu celah yang mampu aku tembus tuk meraih
kembali hatinya.
Kata-kata yang cengeng, benarkan?
Haha. Tapi aku harap kau selalu bahagia dengan pilihanmu. Tapi kalau dia menyakitimu
jangan segan-segan untuk memintaku kembali ke korea untuk menghajarnya, karena
aku akan dengan senang hati menghajarnya untukmu. Aku mencintaimu. :*
EUNHYUK
“Kau tidak akan bilang padanya kan
kalau aku menyakitimu?” bisik Dong-Hae yang sedari tadi ikut membaca surat dari
Eun-Hyuk.
“Memangnya kenapa?”
“Karena aku tidak mau patah tulang
karenanya.”
“Kalau begitu jangan menyakitiku.”
Jawab Hae-Mi tegas.
Dong-Hae hanya menyeringai dan
memeluknya. “Aku tidak akan menyakitimu asal kau juga berjanji untuk terus ada
disampingku.”
“Maafkan aku yang tak pernah bisa
membuka hatiku untukmu, tapi jangan salahkan aku karena aku juga tidak tahu
kenapa hatiku terbuka dengan sendirinya untuknya. Aku selalu berdoa untuk kebahagiaanmu
juga oppa. Aku tahu cinta itu tidak mudah untuk dilupakan, tapi jangan
kau menutup hatimu karena cinta yang tanpa sengaja telah menyakitmu.” batin
Hae-Mi.
END
#FF
request dari nae dongsaeng “Mawarni” aka Hae-Mi. Semoga suka dan mian kalau gak
memuaskan hasilnya (gak nyambung) dan banyak typo. Kritik and saran selalu aku
tunggu,so RCL ne. J dan ini pernah aku post di fbku ( http://www.facebook.com/alrizkykiekie.ajaa )
09/06/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar