Translate

Rabu, 12 Juni 2013

Love Not Easy *Oneshoot



Tittle               : Love not easy
Author            : Al Rizky (LittleChicken)
Lenght            : Oneshoot
Genre             : Romance, Friendship, Sad (?)
Cast                :
~Mawarni a.k.a Hae-Mi
~Lee Dong-Hae
~Lee Hyuk-Jae a.k.a Eun-Hyuk
Kau yang ku cinta, meninggalkanku bersama air mata. Tembok penghalang yang selama ini aku coba untuk mempertahankan agar selalu terbuka, kini akhirnya tertutup tanpa tahu celah yang mampu aku tembus tuk meraih kembali hatinya.

***
            Seoul sangat indah pagi ini. Lalu lalang orang yang ingin berangkat bekerja maupun anak-anak yang ingin berangkat sekolah memenuhi jalanan yang tak pernah mengenal kata sepi ini. Hae-Mi berjalan dengan tas punggung kesayangannya. Ia terdaftar sebagai mahasiswa di Kyunghee university, memang ia bukanlah dari kalangan yang mampu tetapi semangat belajarnya membuat ia menerima beasiswa penuh dari universitas itu.
            Hae-Mi terlihat ragu saat akan melangkahkan kaki masuk kearea kampus. Bukan, bukan karena dia jelek dan pemalu yang membuat ia ragu. Beberapa hari yang lalu ia masih bisa berjalan melalui pintu gerbang ini dengan tangan yang bertaut dengannya. Tapi kini bagaikan menelan pil pahit tanpa sebuah penawar untuk sedikit menghilangkan kepahitan itu, ia harus menghadapi kenyataan bahwa kini tak ada lagi yang menggenggamnya memberi kekuatan untuknya.
            “Kenapa berhenti disini?” Hae-Mi mendapati seseorang yang bahkan sempat ia lupakan. Laki-laki itu bernama Eun-Hyuk yang tengah memandanginya penuh tanda tanya.
            “Tidak ada apa-apa. Kau kenapa ada disini? Bukannya kau sudah lama tidak terlihat? Dan kenapa belum masuk?” tanya Hae-Mi berbasa-basi.
            “Beberapa bulan yang lalu aku ambil cuti dan aku baru saja datang. Ya sudah kita masuk bersama saja. Kajja! (Ayo) ajak Eun-Hyuk seraya menggenggam tangan Hae-Mi.
            “Tidak, ini salah ini salah. Tidak seharusnya aku membiarkan laki-laki ini menggenggam tanganku.” Tanpa Hae-Mi sadari, ia telah menggeleng-gelengkan kepalanya mengikuti apa yang ada dipikirkannya. Dan itu membuat perhatian Eun-Hyuk teralih kepadanya.
            “Kau kenapa? Pusing?”
            “Ah aku tidak apa-apa. Emm,, bisakah kamu melepaskan genggamanmu?” tanya Hae-Mi lirih. Eun-Hyuk yang seakan tersadar dengan apa yang ia lakukan segera melepaskan genggamannya.
            Mian (maaf).” Ucap Eun-Hyuk yang hanya di jawab anggukan oleh Hae-Mi. Hae-Mi memilih untuk segera menjauhi Eun-Hyuk yang sangat terkenal dengan pesonanya. Ia takut jika ia akan membangunkan singa yang tengah tertidur kalau ia masih berdiri di sampingnya. Apalagi kini sudah banyak gadis yang menatapnya tidak suka. Sedangkan Eun-Hyuk hanya memandang kepergiannya dengan wajah kecewa sekaligus terluka. “Aku tidak tahu sampai kapan kau akan bersikap seperti ini padaku, aku pikir kau akan menyambutku dengan tawamu. Kau bukan lagi Hae-Mi yang aku kenal dulu. Kau bukan lagi Hae-Mi yang cerewet, manja, seperti anak kecil, lucu, dan cengeng. Kau sudah bertransformasi menjadi gadis dewasa yang cerdas, pendiam dan tertutup. Apa yang sudah merubahmu menjadi seperti ini?” batin Eun-Hyuk pilu.
            “Hyuk-ah!”panggil seseorang yang membuatnya tersenyum dan melupakan bayangan Hae-Mi.
            “YAK Lee Dong-Hae. Sudah lama aku tidak bertemu denganmu. Akhirnya kita bisa bertemu lagi, dan kau berhutang satu cerita padaku” Mereka berangkulan sambil tertawa. Dibalik pohon yang tak jauh dari mereka, seorang gadis menatap keduanya dengan nanar.
***
            Hae-Mi memasuki ruang kelasnya dengan menunduk. Bisik-bisik yang menusuk hingga keulu hati terpaksa ia pendam dan dengan cueknya terus berjalan kebangkunya.
            “Aku heran dengannya, kenapa dia bisa dekat dengan Eun-Hyuk kita?” kata salah seorang dari ketiga gadis yang duduk bergerombol.
            “Aku juga heran,apa mungkin dia menggunakan ilmu hitam supaya Eun-Hyuk kita itu melihat kearahnya? Aku lihat dia tidak cantik, bahkan bisa dibilang dia jauh dari kata sempurna. Lihat saja kacamata itu tak pernah lepas darinya, bukankah itu terlihat sangat cupu.” Ujar gadis berambut pendek pada kedua temannya. Sedangkan gadis yang satunya menatapnya seakan mengintimidasinya. Hae-Mi terus menunduk tanpa berani memandang mereka semua, baginya tak ada artinya lagi ia membela diri kalau yang membuatnya selama ini menjadi gadis yang kuat tak lagi ada disampingnya.
“Hai, sudah lama Mi-ya?” Eun-Sung duduk di samping Hae-Mi setelah menyapanya.
“Lumayan. Baru berangkat jam segini?”
“Biasa, kesiangan.” Hae-Mi tersenyum memaklumi keterlambatan temannya itu. “Err apa benar kau putus dengan,,,,” Eun-Sung tampak ragu untuk menyebutkan nama seseorang yang sampai saat ini belum mampu terhapus dari hati Hae-Mi.
            “Rupanya memang benar desas desus yang selama ini aku dengar. Dia hanya memanfaatkanku,” ujar Hae-Mi sedih.
            Eun-Sung tampak tertarik dengan topik ini. “Jadi, dia sendiri yang bilang?” tanya Eun-Sung yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Hae-Mi. “Aku kan sudah pernah bilang padamu, dia tidak mungkin mencintai kamu mengingat waktu kalian bertemupun sangat sedikit. Yang aku tahu Eun-Hyuk itu tidak mungkin tidak mencintai kamu. Kau tahu, tatapan matanya kalau melihatmu itu,,,”
            “Jangan ngomongin dia Sung-ah. Aku tidak mau menjadi bahan omongan anak-anak. Dan kau juga tahukan kalau dia tidak akan pernah bisa menjadi lebih di hatiku.” Potong Hae-Mi.
            “Ah sudahlah, terserah kau saja. Untung Dosen sudah masuk, kalau enggak aku yakin kita tidak akan pernah selesai berdebat mengingat sikap kamu yang kadang bisa menjadi keras kepala kalau masalah prinsip dan hati.” Keluh Eun-Sung.
            Mian,,” ujar Hae-Mi meminta maaf.
***
            Satu minggu Hae-Mi menghadapi hari sendiri, tanpa ada seseorang yang menopangnya lagi. Kekuatan yang selama ini ia gunakan untuk bersandar telah memberikan luka yang tak semudah membalikkan telapak tangan untuk membuatnya kembali seperti dulu. Menghadapi kenyataan bahwa ia hanya dimanfaatkan karena nilainya selama ini menurun bagaikan pukulan telak yang tak mampu membuatnya bangkit dari keterpurukannya. Dengan wajah yang masih pucat karena sedang tidak enak badan, Hae-Mi tetap berangkat kekampus. Ya, kemarin ketika ia dalam perjalanan pulang dari kampus ia pingsan dijalanan. Ia tidak tahu siapa yang telah menolongnya karena saat ia terbangun ia tidak mendapati siapapun selain suster yang merawatnya. Bahkan pihak rumah sakitpun bungkam akan siapa yang telah membawanya.
            Hae-Mi memasuki area kampus dengan langkah gontai. Ia membutuhkan istirahat, tetapi ia tidak mungkin meninggalkan jam kuliah karena ia juga tidak suka berada dirumah sendirian. Ia benci tempat yang sepi.
           “HAE-MI!!” teriak seseorang dibelakangnya. Hae-Mi menoleh dan sebutir telur busuk bersarang di wajahnya. Yang awalnya hanya satu butir semakin lama semakin banyak. Hae-Mi mencoba melindungi wajahnya seraya berjongkok. Tapi ia tak merasakan lagi telur-telur itu mengenainya kala seorang lelaki yang menahan amarahnya merengkuhnya, melindunginya dari lemparan telur busuk itu.
            “Kau aman sekarang, aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu.”
            “Eun,, Eun-Hyuk?” kata Hae-Mi dengan nada gemetar.
            “Tenanglah,”
            Tanpa mereka sadari, seorang laki-laki tampan melihat adegan itu menahan marah. Ia mengepalkan tangannya sampai buku-buku jarinya memutih. Ia sadar dengan apa yang sudah ia lakukan, tapi ia tidak menyangka jika melihat gadis itu dalam pelukan Eun-Hyuk membuatnya sakit seperti ini. ia tidak rela gadis itu dalam pelukan orang lain, tapi ia sadar ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia memejamkan mata sekedar untuk mengontrol emosinya.
            “Hae jangan diam saja, ayo bantu aku ke UKS. Hae-Mi pingsan!” Donghae terbelalak kaget menyadari Hae-Mi pingsan dalam gendongan Eun-Hyuk. Dong-Hae mengikuti Eun-Hyuk dengan khawatir. Rasa cemburu yang menyambanginya seakan menghilang digantikan oleh kekhawatirannya. Eun-Hyuk membawa Hae-Mi keruang kesehatan, Shindong segera menyuruh Eun-Hyuk untuk meletakkan Hae-Mi di tempat tidur agar segera dapat diperiksa.
            “Kalian tunggu diluar dulu,” titah Shin-Dong yang langsung dituruti oleh kedua lelaki itu dengan terpaksa. Eun-Hyuk terlihat sangat terpukul melihat Hae-Mi pingsan seperti tadi. “Selama aku tidak ada apa dia sering seperti ini?” tanya Eun-Hyuk pada Dong-Hae yang sama terpukulnya. Dong-Hae hanya menggeleng. Eun-Hyuk meremas rambutnya jengkel. “Seharusnya memang aku tidak pergi, aku yakin pasti ada yang kau coba tutupi sampai-sampai kau jatuh sakit seperti ini. Baru kemarin aku kembali, tapi sekarang aku harus melihatmu tak berdaya dan mendapat masalah.” Gumam Eun-Hyuk lebih pada Hae-Mi yang jelas-jelas tidak dapat mendengarnya.
            Shindong keluar dan menyuruh Eun-Hyuk beserta Dong-Hae untuk masuk. Ia menjelaskan bahwa Hae-Mi hanya kecapekan dan terlalu banyak pikiran. Eun-Hyuk memandang Dong-Hae sengit. “Ada yang harus kita bicarakan. Temui aku diapartemenku sepulang dari kampus!” bisik Eun-Hyuk ketus. Dong-Hae menangkap gelagat tidak enak dari sikap Eun-Hyuk yang berubah menjadi dingin. Eun-Hyuk menghampiri Hae-Mi dengan wajah sedih, ia juga merasa sikap Hae-Mi padanya memang berubah. Tak ada lagi kehangatan darinya untuk Eun-Hyuk. “Apa yang sudah berubah?” batin Eun-Hyuk miris.
***
            Aura dingin terasa diruangan yang tidak begitu besar itu. Dong-Hae duduk ditepi tempat tidur Eun-Hyuk dalam diam. Sedangkan Eun-Hyuk menatap dingin Dong-Hae yang sedari tadi hanya memainkan jarinya dan menatapnya.
            “Jadi, apa yang sudah terjadi selama aku pergi?” Dong-Hae masih diam, ia tidak tahu harus bagaimana ia mengatakan semuanya tanpa harus menyakiti sahabatnya itu.
            “Semua salahku,” gumam Dong-Hae. Eun-Hyuk mengerutkan dahinya karena bingung dengan perkataan Dong-Hae yang tiba-tiba saja menyalahkan dirinya. “Sejak kamu mengenalkan gadis itu padaku sebagai sahabat sekaligus adik bagimu, aku sudah menyukainya lebih dahulu. Aku sering melihatnya dikafe ‘mouse and rabbit’ langgananku. Dari sanalah aku mulai menyukainya, dan saat kamu mengenalkan dia padaku aku bahagia karena aku memiliki peluang untuk mendapatkannya.” Dong-Hae menahan napas dan mengamati ekspresi Eun-Hyuk yang terlihat terkejus sekaligus kecewa. “Tapi aku menyadari kalau kamu tidak hanya menganggapnya sebagai sahabat ataupun adik padanya, aku juga laki-laki sama sepertimu. Aku tahu kau mencintainya, dan itulah yang membuatku mundur secara perlahan.” Lanjutnya.
            Eun-Hyuk membuang napas untuk mengontrol emosinya. Ia tidak ingin melayangkan tinjunya pada Dong-Hae meskipun ia sangat ingin. “Lalu, bagaimana dengan Hae-Mi?”
            “Saat kau pergi, aku juga tidak bisa mengendalikan diri lagi karena tak ada lagi penghalang untukku menyatakan cinta padanya. Kau boleh menganggapku sebagai penghianat atau apa, tapi pada akhirnya kami,,”
            “Cukup! Aku tahu apa yang ingin kau katakan.” Potong Eun-Hyuk. “Dan kalian jadian, begitu?”  tebaknya. Dong-Hae hanya mengangguk dengan rasa bersalah. “Dia mencintaimu?” Lagi-lagi Dong-Hae mengangguk. Eun-Hyuk menghela napas, ia duduk disamping Dong-Hae. “Aku tidak tahu harus besikap bagaimana padamu sekarang. Di Jepang aku harus menahan keinginanku untuk menghubungi kalian, aku harus menahan kerinduanku padanya selama 6 bulan. Itu bukan waktu yang singkat untukku. Aku bagaikan hidup sebagai tahanan, kesibukan memang sedikit menyita perhatianku. Tapi hatiku, tak ada seorangpun yang mampu menyita perhatiannya dari Hae-Mi. Saat aku memiliki harapan untuk bertemu dengannya dan mendapat sambutan yang berarti darinya, aku harus menelan kekecewaan karena sikapnya padaku.”
            “Tapi aku sudah putus dengannya,”Eun-Hyuk membelalakkan matanya mendengar pengakuan Dong-Hae. “Aku memutuskannya karena aku tahu saat kau kembali dan mengetahui aku bersamanya kau akan terluka. Jadi aku,,,”
            BUGH
            Kepalan yang sedari tadi Eun-Hyuk tahan akhirnya melayang juga tepat diwajah Dong-Hae. “Kau pikir dengan kau meninggalkan dia aku tidak terluka? Justru itu semakin membuatku terluka karena harus melihatnya sedih. Aku sedari tadi mencoba untuk tidak memukulmu, tapi aku tak bisa menahannya lagi karena kau sudah berani menyakitinya.”
***
            Dong-Hae berjalan lunglai menuju kelasnya meskipun Hae-Mi sudah memaafkannya. Ia masih merasa bersalah karena sudah melukai dua orang yang sangat berarti dihidupnya.
            “Dong-Hae oppa” panggil seorang gadis yang tengah berlari kearahnya.
            “Min-Ri~ya, wae?” tanya Dong-Hae setelah Park Min-Ri sudah berdiri dihadapannya.
            “Benarkah Eun-Hyuk oppa keluar dari kampus dan memilih melanjutkan pendidikannya di Jepang?” tanya Min-Ri dengan nada sedih. Dong-Hae terlihat kaget karena ia tidak mengetahui ini.
            “Siapa yang bilang?”
            “Aku mendengar desas-desus itu dikampus. Semuanya sedang membicarakannya, dan mereka bilang Eun-Hyuk oppa akan berangkat hari ini pukul 9. Apa kau tidak mengetahuinya oppa?”
            Dong-Hae menggeleng dan mengucapkan terimakasih. Ia berlari meninggalkan Min-Ri yang terkejut dengan ucapan terimakasih dari Dong-Hae. Dong-Hae terus berlari menuju kelas Hae-Mi.
            “Mi-ya,” panggil Dong-Hae sambil terengah-engah. “Kita harus pergi kebandara sekarang.” Ia menarik tangan Hae-Mi.
            “Ada apa sebenarnya?” tanya Hae-Mi setelah duduk disamping Dong-Hae. Dong-Hae tidak menjawab dan tetap fokus mengendarai mobilnya. Sesampainya di bandara, ia menarik Hae-Mi menuju tempat informasi. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, ia terus menarik Hae-Mi yang masih belum tahu maksud Dong-Hae menariknya.
            “Sebenarnya ada apa?” sentak Hae-Mi melepaskan genggaman Dong-Hae. Dong-Hae terkejut dengan sikap Hae-Mi. Lalu ia menepuk dahinya saat ia ingat kalau dia belum memberi tahunya.
            “Eun-Hyuk pergi ke Jepang dan akan menetap disana. Kau tidak ingin dia pergi tanpa mengucapkan apapunkan?” ujar Dong-Hae yang dijawab anggukan oleh Hae-Mi. Dong-Hae melirik jam tangannya. “Ayo kita harus cepat!” mereka berdua kembali berlari. Dong-Hae melihat Eun-Hyuk yang berdiri diantrian masuk.
            “EUN-HYUK!!” teriaknya. Eun-Hyuk yang mendengar namanya dipanggil menoleh dan terkejut mendapati Dong-Hae dengan Hae-Mi yang berdiri tidak jauh darinya masih dengan ngos-ngosan. “Kau akan pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan eoh?” Eun-Hyuk tersenyum dan menghampiri mereka. Ia melihat tautan antara Dong-Hae dan Hae-Mi. Hae-Mi yang menyadari tatapan Eun-Hyuk langsung melepaskannya.
            “Beberapa bulan yang lalu kau pergi tanpa berpamitan, tak ada kabar sama sekali. Lalu tiba-tiba kembali tanpa memberi tahu. Dan sekarang kau ingin pergi tanpa berpamitan lagi?” ujar Hae-Mi dengan nada serak. Ia menahan tangisnya agar tidak pecah dihadapan laki-laki yang tengah tersenyum padanya. Hae-Mi tahu laki-laki itu menyembunyikan rasa sakit dibalik senyumannya.
            “Maaf,” ujar Eun-Hyuk yang langsung merengkuh Hae-Mi kedalam dekapannya.
            “Maaf saja kau pikir cukup?” Eun-Hyuk melepaskan peluaknnya dan menatapnya bingung. “Aku akan membiarkanmu pergi asalkan kau berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Kau harus tetap menghubungiku sesibuk apapun itu.” Eun-Hyuk tersenyum dan mengangguk.
            “Aku rasa aku harus pergi sekarang,” kata Eun-Hyuk saat suara pemberitahuan bahwa semua penumpang tujuan Tokyo akan take-off dalam waktu 5 menit lagi. “Aku harap kau menjaganya dan jangan kau buat aku terbang ke Korea hanya untuk menghajarmu kalau kau sampai menyakitinya. Mengerti?!” pesan Eun-Hyuk pada Dong-Hae.
            “Aku tahu, aku juga tidak mau mendapat bogem mentah darimu lagi. Sekali saja aku mendapatkan bogem darimu rasanya gigiku mau rontok.” Ujar Dong-Hae kesal.
            Dong-Hae dan Hae-Mi memandang kepergian Eun-Hyuk dengan tersenyum. Mereka tahu mereka telah menyakitinya, tapi mereka berjanji tidak akan melukainya lebih dalam lagi.
            “Ada paketan. Tidak ada pengirimnya tetapi ini untukmu.” Ujar Dong-Hae yang kini berdiri didepan pintu apartemen Hae-Mi karena mereka memutuskan untuk membolos kuliah.
            “Lebih bawa masuk dulu, nanti kita buka didalam.” Saran Hae-Mi.
            “Kau tidak memiliki penggemarkan?” tanya Dong-Hae yang membuat Hae-Mi berkerut kening. “Kau punya kekasih lain selain aku ?” Hae-Mi terbelalak kaget mendengar pertanyaan Dong-Hae.
            “Kau pikir aku gadis seperti apa?!” bentak Hae-Mi tidak terima.
            “Aku tahu aku tahu. Melihat responmu seperti ini aku tahu kau hanya memiliki aku karena selama ini kan memang tidak ada yang tertarik padamu.”
            “Sini biar aku saja yang buka!” Hae-Mi kesal segera merebut sebuah kotak yang memang untuknya itu. Setelah ia membuka, ia mengenal semua ini. ini adalah foto-fotonya dengan Eun-Hyuk. Bahkan semua barang-barang kesayangan Eun-Hyuk.
            “Itukan Eun-Hyuk.” Ujar Dong-Hae seraya menunjuk sebuah foto, “Ah, dia memang kurang kerjaan. Eh, tapi itu ada surat untukmu!”
            Hae-Mi mengambil surat itu dan membacanya.
Kau yang ku cinta, meninggalkanku bersama air mata. Tembok penghalang yang selama ini aku coba untuk mempertahankan agar selalu terbuka, kini akhirnya tertutup tanpa tahu celah yang mampu aku tembus tuk meraih kembali hatinya.
            Kata-kata yang cengeng, benarkan? Haha. Tapi aku harap kau selalu bahagia dengan pilihanmu. Tapi kalau dia menyakitimu jangan segan-segan untuk memintaku kembali ke korea untuk menghajarnya, karena aku akan dengan senang hati menghajarnya untukmu. Aku mencintaimu. :*
EUNHYUK
            “Kau tidak akan bilang padanya kan kalau aku menyakitimu?” bisik Dong-Hae yang sedari tadi ikut membaca surat dari Eun-Hyuk.
            “Memangnya kenapa?”
            “Karena aku tidak mau patah tulang karenanya.”
            “Kalau begitu jangan menyakitiku.” Jawab Hae-Mi tegas.
            Dong-Hae hanya menyeringai dan memeluknya. “Aku tidak akan menyakitimu asal kau juga berjanji untuk terus ada disampingku.”
            “Maafkan aku yang tak pernah bisa membuka hatiku untukmu, tapi jangan salahkan aku karena aku juga tidak tahu kenapa hatiku terbuka dengan sendirinya untuknya. Aku selalu berdoa untuk kebahagiaanmu juga oppa. Aku tahu cinta itu tidak mudah untuk dilupakan, tapi jangan kau menutup hatimu karena cinta yang tanpa sengaja telah menyakitmu.” batin Hae-Mi.
END
#FF request dari nae dongsaeng “Mawarni” aka Hae-Mi. Semoga suka dan mian kalau gak memuaskan hasilnya (gak nyambung) dan banyak typo. Kritik and saran selalu aku tunggu,so RCL ne. J dan ini pernah aku post di fbku ( http://www.facebook.com/alrizkykiekie.ajaa )

09/06/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar