KETIKA AKU JATUH
SAKIT
Aku berjalan di bawah guyuran air
hujan. Dingin tak ku hiraukan. Aku tetap berjalan menelusuri jalan setapak ini.
Entah kemana arah kaki ku kan membawaku, aku tetap berjalan dengan langkah
gontai.
“Aku kangen sama kamu yang dulu Ki.
Aku kangen sama perhatian kamu, aku kangen tawa kamu, aku kangen saat-saat kau
ada di sampingku, dan aku kangen sama setiap candamu. Apa aku gak pantes lagi untuk menjadi sahabat
kamu? Dulu kita selalu bersama, tapi sekarang kau menjauh dariku, bersikap cuek
terhadapku. Sebenarnya apa salahku? Kepergianmu membawa luka di hatiku. Hidupku
terasa hampa tanpamu.”
Aku mulai terisak. Aku tak kuasa
setiap aku mengingat kebersamaanku dulu bersamanya. Aku ingin kembali meniti
hari bersamanya. Karena hanya dialah sahabat sekaligus saudara bagiku. Hanya
dia yang aku punya di luar rumah. Cuma dia yang bisa membuatku mengerti arti
hidup.
Aku bersimpuh di jalan berlumpur,
dingin membuat tubuhku menggigil. Aku mulai bersin-bersin. Dan aku yakin, entah
nanti atau besok pasti aku flu. Tapi tak ku hiraukan, aku tetap terduduk dengan
tangis yang terus membanjiri ke dua pipiku.
Tanpanya aku bukanlah apa-apa. Aku
kini benar-benar seorang diri. Aku sudah tidak tahu lagi apa yang harus
kulakukan. Aku sudah tak tahu dan aku tak mau tahu.
***
Keesokan harinya, aku berjalan
melewati lorong-lorong sekolah. Dengan baju hangat yang kupakai, dan dengan
tubuh yang panas aku tetap berjalan menuju kelas.
Sesampainya di dalam kelas, kulihat
sudah banyak manusia yang sudah hadir. Ku edarkan pandanganku ke segala arah.
Ku dapati sesosok orang yang sangat aku rindukan. Yup, siapa lagi kalau bukan
Riki. Dia tengah bercanda dengan teman-teman yang lain. Sesaat dia menoleh ke
arahku dan tersenyum simpul kepadaku.
Senyum itu senyum penuh arti
untukku. Senyum itu yang selama ini aku tunggu. Apa ini berarti dia mau
berbaikan denganku? Entahlah. Mungkin ini hanya obsesiku saja. Aku segera
dudukdi bangkuku.
***
Saat bel istirahat berbunyi, aku tak
bersemangat untuk pergi ke kantin.
Karena apa, yupz aku sama sekali tidak napsu makan. Melihatnya pun
serasa tak sudi.
“Gak ke kantin?” Tanya seseorang
yang kini duduk di sampingku.
“Enggak. Gak laper.” jawabku.
“Kamu sakit ya?” tanya Riki padaku.
“Enggak ko,” dustaku.
Dia meraih tanganku dan ia melihatku
dalam. Lalu ia berkata,
“Tangan kamu panas banget sih. Kamu
pasti sakit. Yuk kita ke UKS aja.” ajaknya.
“Aku gak papa kok Ki.”
“Gak papa gimana? Badan kamu panas
banget gini. Ya udah,aku ambilin minyak kayu putih aja ya,”
“Enggak mau,” tolakku.
“Apa-apa kamu gak mau. Di kasih obat
gak mau, makan cuma sedikit, gimana kamu gak sakit coba kalau kaya gini?”
Katanya perhatian dengan tangan yang masih memegang tanganku.
“WHAT?? Dia
tahu gue gak doyan makan dari mana? Bukannya dia selama ini cuek banget ya sama
gue.” Batinku
“Hemm malah diem. Ya udah, aku
keluar dulu ya.” Katanya seraya melepaskan pegangannya.
Entah apa yang kini aku rasakan.
Bahagia kini mulai hadir lagi dalam kehidupanku.
“Ehemz, hayoo ngapain tadi?” tanya
seseorang.
“Ricka? Sejak kapan kamu disini?” tanyaku.
“Sejaaaaaaaaakkk kamu
pegang-pegangan tangan.” jawabnya yang membuatku merasa malu. “Ciah malu..
Biasa aja kaleee buk.... Tapi, kayaknya asyik tu yang tadi..” godanya.
“Au ahh Cka.” kataku seraya beranjak
pergi.
“Mau kemana Sha?”
“Mau nananina,” ucapku sambil
berlalu.
Aku berjalan menuju taman belakang
sekolah. Di tempat inilah aku biasa menghabiskan waktu istirahatku. Karena
disinilah aku bisa merasa tenang. Saat aku mau duduk, pandanganku sedikit
kabur. Lalu gelap, gelap, dan aku sudah tak sadarkan diri.
***
“Akhirnya kamu sadar juga Sha.”
“Riki. Kok aku ada disini sih?” tanyaku.
“Kamu tadi pingsan di taman. Untung
aku ada disana.coba kalau enggak, gimana nasib kamu?”
“Iya makasih.”
“Kalau mau bilang makasih, ntar aja
kalau kamu udah makan,”
“Aku gak laper Ki.”
“Makan lah, dikit aja. Aku suapin
ya,” tawarnya.
“Enggak.” tolakku.
Setelah di paksa, aku pun mau makan
meskipun hanya sedikit.
“Udah Ki. Aku udah kenyang.”
“Tapi baru makan 3 suapan kan. Satu
kali lagi deh,”
“Enggak mau Ki. Udah kenyang.”
***
Hari ini aku pulang di antarkan
olehnya. Ada perasaan senang karena setelah beberapa hari kurang akur, kini aku
bisa bersama-sama dengannya. Perhatiannya pun kini tlah kembali. Tak ada lagi
sikap cueknya padaku. Aku bahagia karena saat aku sakit dan membutuhkan dia,
dia hadir dengan sejuta perhatiaannya. Semoga persahabatan ini kekal abadi.
THE END
by : Alrizky 'littlechicken
CTT : kenangan yang tak mungkin terlupakan :)LittleChicken01.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar