Translate

Senin, 17 September 2012

CERPEN : KETIKA AKU JATUH SAKIT


KETIKA AKU JATUH SAKIT

            Aku berjalan di bawah guyuran air hujan. Dingin tak ku hiraukan. Aku tetap berjalan menelusuri jalan setapak ini. Entah kemana arah kaki ku kan membawaku, aku tetap berjalan dengan langkah gontai.
            “Aku kangen sama kamu yang dulu Ki. Aku kangen sama perhatian kamu, aku kangen tawa kamu, aku kangen saat-saat kau ada di sampingku, dan aku kangen sama setiap candamu. Apa aku gak pantes lagi untuk menjadi sahabat kamu? Dulu kita selalu bersama, tapi sekarang kau menjauh dariku, bersikap cuek terhadapku. Sebenarnya apa salahku? Kepergianmu membawa luka di hatiku. Hidupku terasa hampa tanpamu.”
            Aku mulai terisak. Aku tak kuasa setiap aku mengingat kebersamaanku dulu bersamanya. Aku ingin kembali meniti hari bersamanya. Karena hanya dialah sahabat sekaligus saudara bagiku. Hanya dia yang aku punya di luar rumah. Cuma dia yang bisa membuatku mengerti arti hidup.
            Aku bersimpuh di jalan berlumpur, dingin membuat tubuhku menggigil. Aku mulai bersin-bersin. Dan aku yakin, entah nanti atau besok pasti aku flu. Tapi tak ku hiraukan, aku tetap terduduk dengan tangis yang terus membanjiri ke dua pipiku.
            Tanpanya aku bukanlah apa-apa. Aku kini benar-benar seorang diri. Aku sudah tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan. Aku sudah tak tahu dan aku tak mau tahu.

***

            Keesokan harinya, aku berjalan melewati lorong-lorong sekolah. Dengan baju hangat yang kupakai, dan dengan tubuh yang panas aku tetap berjalan menuju kelas.
            Sesampainya di dalam kelas, kulihat sudah banyak manusia yang sudah hadir. Ku edarkan pandanganku ke segala arah. Ku dapati sesosok orang yang sangat aku rindukan. Yup, siapa lagi kalau bukan Riki. Dia tengah bercanda dengan teman-teman yang lain. Sesaat dia menoleh ke arahku dan tersenyum simpul kepadaku.
            Senyum itu senyum penuh arti untukku. Senyum itu yang selama ini aku tunggu. Apa ini berarti dia mau berbaikan denganku? Entahlah. Mungkin ini hanya obsesiku saja. Aku segera dudukdi bangkuku.

***

            Saat bel istirahat berbunyi, aku tak bersemangat untuk pergi ke kantin.  Karena apa, yupz aku sama sekali tidak napsu makan. Melihatnya pun serasa tak sudi.
            “Gak ke kantin?” Tanya seseorang yang kini duduk di sampingku.
            “Enggak. Gak laper.” jawabku.
            “Kamu sakit ya?” tanya Riki padaku.
            “Enggak ko,” dustaku.
            Dia meraih tanganku dan ia melihatku dalam. Lalu ia berkata,
            “Tangan kamu panas banget sih. Kamu pasti sakit. Yuk kita ke UKS aja.” ajaknya.
            “Aku gak papa kok Ki.”
            “Gak papa gimana? Badan kamu panas banget gini. Ya udah,aku ambilin minyak kayu putih aja ya,”
            “Enggak mau,” tolakku.
            “Apa-apa kamu gak mau. Di kasih obat gak mau, makan cuma sedikit, gimana kamu gak sakit coba kalau kaya gini?” Katanya perhatian dengan tangan yang masih memegang tanganku.
            “WHAT?? Dia tahu gue gak doyan makan dari mana? Bukannya dia selama ini cuek banget ya sama gue.” Batinku
            “Hemm malah diem. Ya udah, aku keluar dulu ya.” Katanya seraya melepaskan pegangannya.
            Entah apa yang kini aku rasakan. Bahagia kini mulai hadir lagi dalam kehidupanku.
            “Ehemz, hayoo ngapain tadi?” tanya seseorang.
            “Ricka? Sejak kapan kamu disini?” tanyaku.
            “Sejaaaaaaaaakkk kamu pegang-pegangan tangan.” jawabnya yang membuatku merasa malu. “Ciah malu.. Biasa aja kaleee buk.... Tapi, kayaknya asyik tu yang tadi..” godanya.
            “Au ahh Cka.” kataku seraya beranjak pergi.
            “Mau kemana Sha?”
            “Mau nananina,” ucapku sambil berlalu.
            Aku berjalan menuju taman belakang sekolah. Di tempat inilah aku biasa menghabiskan waktu istirahatku. Karena disinilah aku bisa merasa tenang. Saat aku mau duduk, pandanganku sedikit kabur. Lalu gelap, gelap, dan aku sudah tak sadarkan diri.

***

            “Akhirnya kamu sadar juga Sha.”
            “Riki. Kok aku ada disini sih?” tanyaku.
            “Kamu tadi pingsan di taman. Untung aku ada disana.coba kalau enggak, gimana nasib kamu?”
            “Iya makasih.”
            “Kalau mau bilang makasih, ntar aja kalau kamu udah makan,”
            “Aku gak laper Ki.”
            “Makan lah, dikit aja. Aku suapin ya,” tawarnya.
            “Enggak.” tolakku.
            Setelah di paksa, aku pun mau makan meskipun hanya sedikit.
            “Udah Ki. Aku udah kenyang.”
            “Tapi baru makan 3 suapan kan. Satu kali lagi deh,”
            “Enggak mau Ki. Udah kenyang.”

***

            Hari ini aku pulang di antarkan olehnya. Ada perasaan senang karena setelah beberapa hari kurang akur, kini aku bisa bersama-sama dengannya. Perhatiannya pun kini tlah kembali. Tak ada lagi sikap cueknya padaku. Aku bahagia karena saat aku sakit dan membutuhkan dia, dia hadir dengan sejuta perhatiaannya. Semoga persahabatan ini kekal abadi.

THE END


by :  Alrizky 'littlechicken


CTT : kenangan yang tak mungkin terlupakan :)LittleChicken01.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar